بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
MonZaeMon 69 - Letusan gunung berapi mengandung berbagai materi di antaranya dalam
bentuk debu dan abu. Debu berukuran lebih kecil dibanding abu, yaitu
kurang dari 10 mikron. Kendati begitu debu dan abu memberikan risiko
yang sama bila sampai terhirup.
Efek debu dan abu tidak hanya menimbulkan gangguan pernapasan, tapi juga iritasi mata dan kulit.
“Memang hanya abu berukuran kurang dari 10 mikron yang bisa
menyebabkan gangguan pernapasan. Dan hanya yang berukuran kurang dari 5
mikron yang bisa masuk ke saluran pernapasan bawah. Namun tetap saja
masyarakat harus waspada,” kata dokter ahli pernapasan dari RSUP
Persahabatan, Agus Dwi Santoso.
Efek abu vulkanik yang sampai terhirup, kata Agus, terbagi atas akut dan kronik. Berikut penjelasannya
1. Efek akut
Efek akut terdiri atas iritasi saluran dan gangguan napas. Iritasi
saluran napas dimulai dari hidung berlendir dan meler. Selanjutnya
korban mengalami sakit tenggorokan yang kadang disertai batuk kering.
Bila terus berlanjut korban akan mengalami batuk verdahak, sesak napas,
hingga napas berbunyi (mengi).
Efek akut juga akan diderita masyarakat yang memang sudah memiliki
gangguan pernafasan, misalnya asma, bronkitis, dan enfisema yang
merupakan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Berikut penjelasannya
A. Asma
Menurut Agus, abu vulkanik adalah pencetus serangan asma. Debu
halus menyebabkan lapisan saluran pernapasan menghasilkan lebih banyak
sekresi dahak yang mengakibatkan batuk dan pernapasan lebih berat.
Penderita asma, khususnya anak-anak, dapat menderita serangan batuk dan
sesak dada.
B. Bronkitis
Debu vulkanik dapat menyebabkan peradangan saluran napas bawah dan
berkembang menjadi bronkitis akut. Serangan ini berlangsung selama
selama beberapa hari dengan gejala batuk kering, produksi dahak
berlebih, sesak napas dan napas berbunyi.
C. PPOK
Bagi yang sudah menderita PPOK pajanan abu vulkanik akan
menyebabkan peningkatan gejala seperti sesak napas dan produksi dahak
berlebih.
“Waspada juga pada risiko infeksi saluran napas akut (ISPA). ISPA
diakibatkan iritasi saluran napas yang menyebabkan infeksi seperti
tonsilitis, faringitis, dan bronchitis. Infeksi saluran napas ditandai
demam/meriang, sakit tenggorokan dan dahak menjadi kental.
2. Efek kronik
Efek kronik disebabkan pajanan abu vulkanik dalam waktu lama yang
mengakibatkan penurunan fungsi paru. Pajanan itu biasanya memerlukan
waktu tahunan hingga mengakibatkan PPOK.
Selain PPOK, pajanan abu juga mengakibatkan silikosis pada jaringan
paru. Silikosis merupakan penyakit karena penumpukan silika, yang
merupakan kandungan dalam abu vulkanik, dalam jaringan paru hingga
menyebabkan gangguan pernapasan.
.
.
No comments:
Post a Comment