بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
mzm69 - Segala puji bagi Allah yang
menjadikan bulan Ramadhan lebih baik dari pada bulan-bulan lainnya
dengan menurunkan al-Qur`an dan mewajibkan puasa bagi kaum muslimin
sebagai salah satu pondasi Islam. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad yang telah menyampaikan kepada kita tentang ibadah-ibadah dibulan Ramadhan dan memberikan contoh kepada kita bagaimana sebaiknya menghidupkan bulan bulan yang penuh berkah ini.
Dari Abu Hurairah , ia berkata, �Rasulullah memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:
قَدْ
جَاءَكُمْ رَمَضَانُ, شَهْرٌ مُبَارَكٌ, كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ, فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَتُغْلَقُ فِيْهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ. فِيْهِ لَيْلَةٌ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ ُحُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan
kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam
bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang
tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa." HR. Ahmad dan an-Nasa`i.
Berikut ini adalah amalan-amalan yang dianjurkan di bulan Ramadhan:
1. Puasa: Allah memerintahkan berpuasa di bulan Ramadhan sebagai salah satu rukun Islam.
Firman Allah :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS.
Al-Baqarah:183)
Rasulullah bersabda:
بُنِيَ
اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ
الزَّكَاةُ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ.
"Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah I dan Muhammad r adalah rasul Allah , mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi ke Baitul Haram." Muttafaqun �alaih.
Puasa
di bulan merupakan penghapus dosa-dosa yang terdahulu apabila
dilaksanakan dengan ikhlas berdasarkan iman dan hanya mengharapkan
pahala dari Allah I, sebagaimana Rasulullah bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah , niscaya diampuni dosa-dosanya telah lalu." Muttafaqun �alaih.
2. Membaca al-Qur`an: Membaca al-Qur`an sangat dianjurkan bagi setiap muslim di setiap waktu dan kesempatan. Rasulullah r bersabda:
اِقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ.
"Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang
pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang yang
membaca, mempelajari dan mengamalkannya). HR. Muslim.
Dan membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an. Firman Allah :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al-Qur�an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang bathil). (QS: al-Baqarah:185)
Rasulullah selalu
memperbanyak membaca al-Qur`an di hari-hari Ramadhan, seperti
diceritakan dalam hadits �Aisyah radhiyallahu �anha, ia berkata:
وَلاَ أَعْلَمُ نَبِيَّ الله
ِقَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِى لَيْلَةٍ, وَلاَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى
يُصْبِحَ وَلاَ صَامَ شَهْرًا كَامِلاً غَيْرَ رَمَضَانَ.
"Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah r membaca al-Qur`an semuanya, sembahyang sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan." HR. Ahmad.
Dalam hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan al-Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah melakukan tadarus al-Qur`an bersama Jibril di setiap bulan Ramadhan.
3. Menghidupkan malam-malam
bulan Ramadhan dengan shalat Tarawih berjamaah: Shalat Tarawih
disyari�atkan berdasarkan hadits �Aisyar radhiyallahu �anha, ia berkata:"Sesungguhnya Rasulullah keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama beliau. Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Nabi mengerjakan
shalat (di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang
beliau. Di pagi hari berikutnya, orang-orang kembali
memperbincangkannya. Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam
masjid bertambah banyak, lalu Rasulullah keluar dan melaksanakan shalatnya.
Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga Rasulullah r
hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala selesai shalat
Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum muslimin, kemudian membaca
syahadat dan bersabda, �Sesungguhnya kedudukan kalian tidaklah samar
bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan kepada kalian, lalu
kalian tidak sanggup melaksanakannya." Rasulullah wafat dan kondisinya tetap seperti ini. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Setelah Rasulullah wafat,
syariat telah mantap, hilanglah segala kekhawatiran. Disyari�atkan
shalat Tarawih berjamaah tetap ada karena telah hilang �illat (sebabnya), kerena �illat itu berputar bersama ma�lul, ada dan tiadanya. Di samping itu, Khalifah Umar telah menghidupkan kembali syari�at shalat Tarawih secara berjamaah dan hal itu disepakati oleh semua sahabat Rasulullah r pada masa itu. Wallahu A�lam.
4. Menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar: lailatul qadar
adalah malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang tidak ada
lailatul qadar dan pendapat paling kuat bahwa ia terjadi di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil, yaitu
malam 21, 23,25,27, dan 29. Firman Allah :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS.al-Qadar :3)
Malam itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah r bersabda:
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدَرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Dan barangsiapa yang beribadah pada malam �Lailatul qadar� semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah , niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." HR. al-Bukhari.
Menghidupkan
Lailatul qadar adalah dengan memperbanyak shalat malam, membaca
al-Qur`an, zikir, berdo�a, membaca shalawat. Aisyah radhiyallahu �anha
pernah berkata, �Aku bertanya, �Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan
lailatul qadar, maka apa yang aku ucapkan? Beliau menjawab, �Bacalah:
اَللّهُمًَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَفاَعْفُ عَنِّي
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku."
5. I�tikaf di malam-malam
Lailatul Qadar: I�tikaf dalam bahasa adalah berdiam diri atau menahan
diri pada suatu tempat, tanpa memisahkan diri. Sedang dalam istilah
syar�i, i�tikaf berarti berdiam di masjid untuk beribadah kepada Allah dengan cara tertentu sebagaimana telah diatur oleh syari�at.
I�tikaf merupakan salah satu sunnah yang tidak pernah ditinggal oleh Rasulullah , seperti yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu �anha:
أَنَّ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ
مِنْ رَمَضَانَ حَتىَّ تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ
بَعْدِهِ.
"Sesungguhnya Nabi selalu
i�tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai meninggal
dunia, kemudian istri-istri beliau beri�tikaf sesudah beliau." Muttafaqun �alaih.
6. Memperbanyak sedekah: Rasulullah adalah orang yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas , ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ, وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِى
رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ...
"Rasulullah adalah manusia yang paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan saat Jibril menemui beliau, …HR. al-Bukhari.
7. Melaksanakan ibadah umrah:
salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan adalah
melaksanakan ibadah umrah dan Rasulullah menjelaskan bahwa nilai pahalanya sama dengan melaksanakan ibadah haji, seperti dalam hadits yang berbunyi:
عُمْرَةٌ فِى رَمَضَانَ تَعْدِلُ حَجَّةً
"Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji."
Demikianlah
beberapa ibadah penting yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di
bulan Ramadhan dan telah dicontohkan oleh Rasulullah . Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mendapat taufik dari Allah untuk mengamalkannya agar kita mendapatkan kebaikan dan keberkahan bulan Ramadhan. Wallahu A�lam.
Mari kita sambut bulan
Ramadhan yang penuh berkah mulai bulan Sya’ban ini. Kita persiapkan diri
kita baik fisik dan rohani untuk bulan yang penuh karunia tersebut.
Mempersiapkan rohani kita adalah dengan mulai mempelajari hal-hal
penting yang perlu kita amalkan selama bulan tersebut. Kita buka kembali
pelajaran fiqhus-syiyam kita, yaitu fikih berpuasa yang benar dan
sesuai ajaran. Kita sadarkan diri dan kesadaran kita akan pentingnya
bulan tersebut bagi agama dan keimanan kita.
Secara fisik, kita juga harus mempersiapkan diri di bulan ini dengan
melatih diri memperbanyak ibadah dan khususnya puasa. Itulah salah satu
hikmah kita dianjurkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban ini. Dan di
bulan Sya’ban ini juga ada malam nisfu sya’ban, yaitu malam pertengahan
bulan Sya’ban. Lepas dari kuat tidaknya dalil mengenai amalan pada
malam tersebut, namun malam itu bisa kita jadikan waktu pengingat
kembali akan persiapan-persiapan kita dalam menyambut bulan Ramadhan
yang penuh maghfirah. Berikut ini hadist-hadist seputar keutamaan bulan
Sya’ban semoga bisa kita baca dan amalkan.
Anjuran Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban :
Dari Aisyah r.a. beliau berkata:”Rasulullah SAW berpuasa hingga kita
mengatakan tidak pernah tidak puasa, dan beliau berbuka (tidak puasa)
hingga kita mengatakan tidak puasa, tapi aku tidak pernah melihat beliau
menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku
tidak pernah melihat beliau memperbanyak puasa selain bulan Ramadhan
kecuali pada bulan Sya’ban”. (h.r. Bukhari). Beliau juga
bersabda:”Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya Allah
tidak pernah bosan hingga kalian bosan”.
Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah SAW:’Wahai Rasulullah, aku
tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali
pada bulan Sya’ban?'. Rasulullah SAW menjawab:”Itu bulan dimana manusia
banyak melupakannya antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu perbuatan
dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika
amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (h.r. Abu Dawud dan Nasa’i).
Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban :
Dari A’isyah: “Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud
panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena
curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak.
Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak
dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya
berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena
engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau,
malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam
ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini,
maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang
mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang
dengki” (H.R. Baihaqi). Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi
yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: “Malam nisfu Sya’ban, maka
hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya
Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: “Orang
yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku
beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan,
hingga fajar menyingsing.” (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).
Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A’mal
(keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun
melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan keutamaan bulan Sya’ban,
dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya’ban jelas mempunyai
keutamaan dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Bagaimana merayakan malam Nisfu Sya’ban?
Adalah dengan memperbanyak ibadah dan salat malam dan dengan puasa.
Adapun meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan berlebih-lebihan seperti
dengan salat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya.
Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya
kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka’bah.
Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara
memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur’an, berdo’a dan
amal-amal salih lainnya. Wallahu a’lam.
Keutamaan di Bulan Sya’ban :
Sya’ban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang
artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban
sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.
Karena bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan,
karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya’ban seringkali
dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Sya’ban
terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas
kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup
kemasyarakatan.
Karena letaknya yang mendekati bulan Ramadhan, bulan Sya’ban memiliki
berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan. Umat Islam dapat mulai
mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka
cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai
merasakan suasana kemuliaan Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda :
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال
إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود
النسائي
”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya
antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan
diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya
amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah
SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan
Sya’ban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di
antar bulan Rajab dan Ramadhan.
Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak
berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada
bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan
berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin
naar (pembebasan dari siksaan api neraka).
Dari sinilah umat Islam berusaha memuliakan bulan Sya’ban dengan
mengadakan shodaqoh dan menjalin silaturrahim. Umat Islam di Nusantara
biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat
silaturrahim melalui pengiriman oleh-oleh yang berupa makanan kepada
para kerabat, sanak famili dan kolega kerja mereka. Sehingga terciptalah
tradisi saling mengirim parcel di antara umat Islam.
Karena di kalangan umat Islam Nusantara, bulan Sya’ban dinamakan sebagai
bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim parcel makanan ini dinamakan
sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat
ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.
Nishfu Sya’ban
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan
bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai
Nishfu Sya’ban. Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau
malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.
Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat
amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan
amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku
catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang
baru.
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh
dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13
bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya.
Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.
Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak
sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun.
Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia
penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam
pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT
menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada
hamba-Nya yang saleh.
Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan
begitu saja, bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya
bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci
Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya
dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh
kekhusyukan.
Read more at: http://www.slidegossip.com/2010/07/amalan-dan-keutamaan-bulan-syaban.html
Artikel ini diambil dari www.slidegossip.com sebagai sumbernya
Read more at: http://www.slidegossip.com/2010/07/amalan-dan-keutamaan-bulan-syaban.html
Artikel ini diambil dari www.slidegossip.com sebagai sumbernya
No comments:
Post a Comment