بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
mzm69 - Istilah ngabuburit berasal dari bahasa Sunda dengan akar
kata “burit” yang artinya sebuah representasi waktu yang menunjukkan
mulainya malam hari. Nah, sekarang istilah ngabuburit sudah dipakai oleh semua orang yang mengartikannya sebagai kegiatan mengisi waktu sampai tiba saatnya berbuka puasa.Bahkan tren ini menjadi sebuah tradisi yang tak bisa dilepaskan dari bulan Ramadan. Beragam kegiatan dilakukan selama ngabuburit, mulai dari kegiatan positif hingga kegiatan negative.
Meski tak ada kaitannya dengan budaya Minangkabau, toh istilah ngabuburit begitu akrab ditelinga masyarakat. Bahkan, bagi sebagian remaja belum merasa senang jika belum ngabuburit.
Di kota Padang, misalnya para remaja menunggu waktu buka puasa dengan
jalan-jalan sore atau sekedar duduk di pinggiran Pantai Padang. Sekilas
memang tak ada yang salah dengan kegiatan ini, tapi jika diperhatikan
lebih saksama lagi terlihat aktivitas ngabuburit sering digunakan para remaja untuk berduaan dengan lawan jenisnya di tempat yang romantis dan agak sepi.
Fenomena ngabuburit saat Ramadan sudah
memasyarakat, terutama pada anak-anak muda perkotaan. Pada saat sore
tiba mereka keluar rumah dengan berkendaraan motor berboncengan dengan
pasangannya atau bergerombol dan mendatangi tempat-tempat ramai dengan
alasan menunggu waktu buka puasa. Padahal bukan itu sebenarnya hakekat ngabuburit yang dijalani oleh masyarakat Sunda tempo dulu.
Sekadar pengetahuan, anak-anak Sunda dahulunya selalu ngabuburit di tajug atau surau.
Mereka bersemangat pergi ke tajug untuk salat Maghrib berjamaah dan mengaji. Selama ngabuburit
itu, mereka dibimbing oleh ajengan (kiyai) setempat. Mereka baru akan
pulang ke rumah setelah salat Isya berjamaah. Prakteknya sekarang ini, ngabuburit
justru diisi dengan kegiatan tidak bermanfaat seperti menonton televisi
seharian, berpacaran atau kegiatan duniawi yang bersifat hura-hura.
Seperti halnya yang sering dilakukan para remaja di Kota
Padang. Sepulang pesantren Ramadan yang diwajibkan Pemko Padang,
biasanya anak-anak dan remaja tidur di rumah. Sorenya, menjelang berbuka
puasa mereka ke plaza, Pantai Padang, di warnet atau berkeliling dengan
kendaraan guna mengisi waktu kosong. Padahal, waktu kosong itu dapat
digunakan untuk hal yang bermanfaat seperti mengaji, salat atau
aktivitas dakwah lainnya.
Profesor Dadan Wildan Anas dari Universitas Galuh Ciamis juga pernah menyebutkan istilah ngabuburit
ini diperkirakan sudah ada sejak abad XV silam. Pada abad ke-15,
Kerajaan Mataram menata kota-kota dengan membuat sebuah pusat kegiatan
masyarakat berupa sebuah alun-alun, masjid, dan pasar serta fasilitas
pendukung lainnya sehingga menarik warga untuk mendatanginya. Karena
pusat keramaian di Alun-alun, maka menjadi lokasi paling favorit untuk ngabuburit.
Tradisi ngabuburit yang dilakukan masyarakat
Sunda tempo dulu juga diisi dengan beragam permainan rakyat, misalnya
petak umpet, gatrik, dan sebagainya. Untuk memeriahkan suasana,
anak-anak di daerah perkampungan biasanya bermain lodong atau jeblugan,
yakni bermain perang-perangan dengan media bambu mirip sebuah meriam
yang diisi dengan karbit hingga menghasilkan suara dentuman.
Pengaruh Teknologi
Tak dapat dipungkiri perubahan makna dan praktek ngabuburit
selaras dengan perkembangan teknologi. Melalui sosialisasi media massa
yang menampilkan keelokkan panorama alam di Indonesia menjadi pemicu
perubahan tradisi ngabuburit. Sudah menjadi rutinitas bagi stasiun televisi menayangkan program acara ngabuburit
sebelum waktu berbuka puasa tiba. Bahkan, sebuah konser musik yang
digelar sebuah perusahaan rokok terkemuka juga menggunakan istilah ngabuburit sebagai tema acaranya. Alhasil, istilah ngabuburit kini seolah telah menjadi kata baku dalam pergaulan remaja saat bulan puasa tiba.
Ajaran Islam sebenarnya tidak mengenal istilah ngabuburit atau apa pun yang merujuk pada kegiatan serupa untuk menunggu waktu buka puasa. Jika saat ini, istilah ngabuburit
kemudian dikaitkan dengan tradisi bulan Ramadan, hal ini akibat adanya
proses akulturasi dalam penyebaran agam Islam. Maksudnya, ajaran Islam
masuk dengan memperhatikan sisi tradisi lokal. Dalam hal ini adalah
tradisi ngabuburit yang telah dikenal luas di tanah Sunda.
Di Arab sendiri, tidak mengenal kegiatan atau tradisi
yang dilakukan masyarakat untuk menunggu waktu berbuka puasa. Meski
demikian, selama tujuan ngabuburit tersebut dilakukan untuk kegiatan yang positif dan menambah nilai keutamaan beribadah puasa, maka kegiatan ngabuburit
tersebut sebenarnya tidaklah masalah. Misalnya, tujuannya adalah agar
bisa saling bersilaturahim dengan diskusi dan mengaji ajaran islam
lebih dalam.
Ngabuburit Lemahkan Moral Remaja
Fenomena ngabuburit yang salah kaprah ini tentu
tidak boleh dibiarkan saja. Sebab, dengan membiarkan tradisi ini
memasyarakat sama artinya dengan melegalkan generasi yang akan datang
untuk menginterpretasikan bahwa ngabuburit adalah bagian dari
manfaat puasa. Tak hanya itu, para remaja pun akan dibuat malas karena
terbiasa menghabiskan waktu dengan sia-sia Padahal sesungguhnya Islam
tak pernah mengajarkan menunggu buka puasa dengan bersenang-senang,
berpacaran dan menyia-nyiakan waktu.
Untuk itu, perlu peran serta keluarga, pemerintah, ulama dan semua elemen masyarakat meluruskan fenomena ini. Pada intinya, ngabuburit boleh dilakukan tapi dengan catatan tidak mengabaikan waktu dan dilakukan untuk kegiatan positif. Berikut diantaranya kegiatan ngabuburit
yang diajarkan Islam, yakni mendengarkan ceramah agama, berzikir,
membaca Al-Qur’an, membagi panganan (sedekah) untuk buka puasa kepada
tetangga atau kerabat dekat.
Media massa pun harus mendukung kegiatan positif ngabuburit.
Puasa tidak sekedar menahan haus dan lapar saja, sebab Islam juga
mengatur rukun puasa, manfaat puasa, keutamaan puasa, yang membatalkan
puasa sampai adab berpuasa. Karena itu, peran media massa sangat besar
untuk mengingatkan masyarakat bahwa ngabuburit itu tidak bermanfaat bagi puasa kita.
Ngabuburit Digital
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi meniscayakan perubahan gaya hidup (life style) dalam kultur keseharian. Begitupun yang terjadi dengan aktivitas ngabuburit
yang selalu dipraktikkan masyarakat Muslim di seluruh Indonesia dengan
kegiatan dan aktivitas beragam. Di era digital kali ini, bentuk atau
wujud ngabuburit pun menjadi beragam sesuai dengan minat, kesenangan, hobi, dan kemampuan sang Muslim.
Ada banyak kegiatan yang dilakukan umat Islam kala
dirinya mengisi waktu luang untuk menunggu berbuka (ifthar) puasa. Ada
ribuan situs islami yang dapat dibrowsing melalui internet. Situs ini
memuat artikel-artikel islami dan muslimah, konsultasi islami
pengetahuan bisnis islami, belajar bahasa arab dan menyediakan berbagai
rekaman ceramah islami yang dapat di download dengan gratis.
Artikel
maupun rekaman itu didapatkan dari berbagai ceramah ustad di berbagai
daerah. Cocok bila didengar sambil bekerja/belajar maupun menjadi teman
di perjalanan.
No comments:
Post a Comment