بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
MonZaeMon.com -
Perusahaan telepon genggam asal Taiwan, HTC, menjadi perusahaan paling
akhir yang memasuki pasar telekomunikasi Burma seiring dengan kebijakan
ekonomi terbuka pemerintahan negara tersebut.HTC mulai meluncurkan produk telepon genggam pintarnya secara resmi untuk pasar di Burma pada Senin (14/1).
Telepon genggam produksi HTC bagi warga di negara itu akan dilengkapi dengan pilihan penggunaan alfabet Burma pada papan tombol jarinya.
HTC mengatakan fitur ini akan menjadi salah satu nilai tambah bagi telepon pintar produksi mereka di Burma.
Burma dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna telepon genggam paling rendah di dunia.
Namun, negara ini dinilai menjadi pasar yang menjanjikan bagi produsen telepon setelah tahun lalu Pemerintah Burma mulai melakukan reformasi dan membuka perekonomian mereka.
Sebelumnya selama lebih dari satu dekade terakhir pemerintahan Burma dipimpin oleh junta militer dan terkucil dari pergaulan dunia internasional.
Laporan mengatakan dunia telekomunikasi Burma saat ini masih belum berkembang dan mengandalkan layanan telepon genggam kepada dua perusahaan jasa telekomunikasi di negara itu.
Kalahkan pesaingPemerintah Burma telah berupaya mendorong berkembangnya pasar produk ini melalui sejumlah kebijakan seperti memotong harga jual kartu telepon genggam.
Namun, langkah itu belum mendapatkan hasil berarti karena harga kartu telepon genggam dinilai masih terlalu mahal bagi sebagian warga Burma.
Bank Dunia mengatakan pada tahun 2011 hanya tiga persen dari jumlah populasi di Burma yang memiliki telepon genggam.
HTC bukanlah merek dagang telepon genggam pintar pertama yang mencoba membuka pasar Burma.
Samsung dan Huawei sebelumnya telah memimpin pasar di negara itu dengan produk mereka yang berharga murah.
HTC berharap mereka bisa menarik pembeli di Burma dengan fitur berupa papan sentuh yang menampilkan huruf alfabet khas negara tersebut.
"Aspirasi saya adalah bisa membuat bentuk telepon pintar yang inovatif dan menawarkan kesesuaian dengan bahasa Myanmar sehingga orang di Myanmar bisa nyaman berkomunikasi dengan mudah dan sederhana," kata CEO HTC yang juga lahir dan besar di Burma, Peter Chou.
Tidak seperti di negara-negara Asia Tenggara lainnya, Burma tidak memiliki standar internasional yang disetujui dalam penggunaan simbol bahasanya dan ini membuat kesulitan tersendiri dalam mengintegrasikannya dengan software yang telah ada. (BBC)
.
.
No comments:
Post a Comment