Satu
malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia
mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke
kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia
memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex,
gambling, drug. Dia menikmati semuanya. Bulan berlalu. Tahun berlalu.
Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang.
Lalu
dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan
menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas,
dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan
menghukum dia tiga tahun penjara. Menjelang akhir masa penjaranya, dia
mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu
keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada
istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih
mencintai isteri dan anak-anaknya. Dia berharap dia masih bisa kembali.
Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis,
"Sayang,
engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan
padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu,
ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin
yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan
sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku
tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji
aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur
hidupku."
Akhirnya hari pelepasannya tiba.
Dia
sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia
tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia
membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju
Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat
sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada
sopir bus itu,
"Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan. Kita mesti lihat apa yang akan terjadi..."
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya.
Keringat
dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata
menetes di matanya...Dia tidak melihat sehelai pita kuning...tidak ada
sehelai pita kuning...tidak ada sehelai...melainkan ada seratus helai
pita-pita kuning...bergantungan di pohon beringin itu...Ooh...seluruh
pohon itu dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!
No comments:
Post a Comment